Sabtu, 06 Juli 2013

IBU: MEMBANGUN BANGSA DARI KELUARGA

oleh : IMMawati Dini Fitrah Eristanti

Sosoknya tak jemu dari kata indah. Apapun nama panggilannya; mama, mami, mimi, emak, bunda, bundo, umi, ambu, buk’e, dll. Maka terpusat pada satu kesimpulan bahwa ia adalah seorang pahlawan yang tak akan terlekang waktu, cinta dan kasih sayangnya terbentang luas di sekian mil jarak sang nanda, serta do’anya tak mengenal kadaluarsa, ia panjatkan mengiringi jalan keridhoan Allah swt demi putra-putrinya. Keikhlasan membesarkan anak-anaknya tak akan pernah terbayar berapapun mahalnya sebuah materi. Begitu istimewa nya Dia ciptakan seorang ibu berikut peran yang sangat mulianya.
ibu ; penentu masa depan bangsa/
sumber gambar : muslimmatter.com
Dalam perspektif pendidikan Islam, ibu disebut sebagai Sekolah yang Pertama (Madrasah Ula). Setelah seorang anak lahir, ia bertemu dengan sosok ibu. Ibulah yang mengenalkannya dengan banyak hal di kehidupan dunia ini. Banyak orang berkesimpulan tanpa benar-benar mengetahui realita yang ada, bahwa sosok ibu –dan juga wanita secara global– sama sekali tidak memiliki peranan dalam pencetakan dan karakterisasi sebuah generasi bangsa, karena sosok yang selalu diseru-serukan dalam sejarah perjalanan bangsa tersebut adalah sosok kaum adam. 
Sering dalam lembaga pendidikan, sekolah misalnya, saat mengetahui sifat anak maka akan bertanya didikan rumah seperti apa yang lantas menjadikan anak tersebut baik atau justru sebaliknya. Itulah dampak dimana seorang anak anak akan memiliki tabiat baik atau tidak. Karena pendidikan rumah merupakan tempat awal seorang anak sebelum menginjak dan bereksplorasi pada hal-hal di luarnya yang lebih kompleks untuk pengetahuannya. Sehingga sulit dipungkiri jika keterlibatan didikan seorang ibu akan membentuk karakter anak yang pada akhirnya berpengaruh pula pada kualitas moral generasi bangsa. Bagaimana sebenarnya peranan seorang ibu dalam memberikan pendidikan paling dasar dan membentuk karakter anak? Seberapa berpengaruhkah peran keterlibatan didikan ibu terhadap anak untuk membangun bangsa yang lebih maju?


Pendidikan Aplikatif Ibu
Tugas sekaligus peran keibuan merupakan tugas paling terhormat di dunia ini dan dinilai tak tergantikan. Pertumbuhan generasi suatu bangsa pertama kali berada di tangan ibu. Di tangan seorang ibu pulalah pendidikan anak ditanamkan dari usia dini. Asupan pendidikan yang dimiliki ibu sangat berpengaruh terhadap cara ibu mengasuh, apakah dengan penuh kelembutan, kesabaran dan kasih sayang, ataukah dengan caci maki, kekerasan dan amarah, serta penolakan membentuk perilaku anak. Memang tidak seratus persen benar jika ibu yang fulltime berada di rumah akan menjadikan anak-anaknya sebagai generasi yang berkualitas. Bagaimanapun, pencapaian kualitas waktu yang diluangkan berhubungan langsung dengan kuantitas waktu yang diluangkan ibu untuk mengasuh dan membimbing anak-anaknya. Karena awal usia pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara fisik maupun emosional tidak bisa dilepaskan dari peran seorang ibu.
Didukung dengan sifat alamiah seorang anak yang polos, ia sangat dimungkinkan meniru perilaku orang terdekatnya, anak akan paling banyak mengambil teladan. Dalam bentuk kemandirian misalnya, ibu mengajarkan anak agar makan sendiri, memotivasi anak agar merapikan mainannya usai bermain, mencari barangnya sendiri yang hilang,  dan menyiapkan alat tulisnya saat hendak berangkat sekolah. Bentuk lain untuk menumbuhkan keberaniaannya, seperti memotivasi anak untuk segera bangun ketika terjatuh saat belajar berjalan, melatih anak bergaya di depan cermin agar berani tampil di depan kelas, atau terus membimbing mereka ketika jatuh bangun belajar naik sepeda. Dengan menanamkan hal-hal tersebut pada anak maka disitulah kedisiplinan akan terbentuk dan tercetak. Sekilas memang tampak sangat sederhana, namun dari hal ‘penanaman’ yang terkecil dan berkesinambungan itu sangat berpengaruh pada fisik, psikis, dan karakter anak.

Pendorong Kesuksesan Generasi Bangsa
Arus globalisasi akan terus mengancam siapa saja. Esensinya, tantangan ini hampir tidak mungkin dapat dibendung. Dengan keberadaan kondisi tersebut maka penyikapan kita harus sangat bijak, teliti dan cerdas. Maka hal ini sangat bersangkutan dengan urgensi peran ibu dalam mengarungi perjalanan peradaban dunia ini. Mengingat objek pengawasan ibu adalah anak-anaknya yang hidup di masa sekarang yang akan melanjutkan ‘estafet kekhalifahan’ bangsa.  
Dengan pendidikan, ibu dapat mengentaskan kebodohan dan melahirkan tunas-tunas bangsa yang berakhlaqul karimah dan berilmu. Seorang ibu yang cerdas adalah ia yang paham bagaimana cara yang efektif untuk mengemudikan pergaulan anaknya. Tak salah bila akar dari kebangkitan sebuah keluarga dan bangsa adalah pendidikan seorang ibu. Sebagaimana Rasulullah bersabda bahwa wanita adalah tiang negara. Definisi sebagai tiang negara adalah bahwa pendidikan, pembinaan dan pendampingan anak oleh ibu dalam mencetak generasi yang berkualitas, merupakan faktor utama yang dapat mendorong keberhasilan generasi bangsa. Sangat dimungkinkan anak akan sangat merasa percaya diri jika dalam proses menuju pencapaian aktualisasi diri dan kedewasaannya terus termotivasi dalam ‘rangkulan’ didikan seorang ibu. 
Memang perlu kesabaran, keikhlasan, kebijaksanaan, kelembutan serta keuletan dalam proses mengantarkan anak ke gerbang dimana anak akan dihadapkan pada realitas kehidupan yang sesungguhnya. Bukan lingkup  masyarakat mikro saja, namun perlu diarahkan pula pada kesiapan psikis dan wawasannya untuk terjun di masyarakat luas dan heterogen.
***
Peran ibu dalam pendidikan anak-anaknya tak perlu diragukan lagi. Membangun bangsa berawal dari sebuah keluarga. Dalam keluarga inilah, ada seorang ibu yang memiliki tugas dan peran yang sangat penting. Ibu sebagai parameter dalam mencetak generasi muda yang bermoral dan berbudi pekerti luhur. Inilah salah satu wujud yang diamanahkan oleh Allah untuk mendidik anak secara jasmani dan rohani. Ibu pun yang menjadi bagian terpenting dalam upaya perbaikan moral suatu bangsa. Tetapi bukan berarti menyampingkan pendidikan formal seperti sekolah, karena pendidikan yang diberikan di sekolah merupakan jembatan penyempurna dalam asupan didikan anak.
Namun perlu diperhatikan pula, demi kontribusi pada tata letak kesuksesan generasi bangsa, tak ada alasan bagi wanita untuk tidak mengenyam pendidikan, jangan terus berkutat dalam anggapan bahwa eksistensi wanita hanya di dapur saja. Karena sebenarnya, kebangkitan sebuah bangsa juga berasal dari sentuhan tangan seorang ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...