Sabtu, 01 Desember 2012

Arah Perkaderan IMMawati

gambar minjam dari : http://immawatiwaddah.blogspot.com
Sebagai gerakan pembaraun Islam, Muhammadiyah sejak awal telah memberikan peluang yang besar bagi kaum wanita untuk turut berpartisipasi dalam upaya mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Hal itu terbutkti dengan didirikannya Aisyiyah, atau Nasyi’atul Aisyiyah sebagai wadah perjuangan bagi kaum wanita. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai salah satu ortom Muhammadiyah tentu mendukung penuh hal tersebut, sehingga di dalam tubuh IMM terdapat bagian atau divisi khusus tempat IMMawati (sebutan bagi kader wanita IMM) untuk mengaktualisasikan diri, yakni bidanbg IMMawati.
IMM Cabang AR. Fakhrudin sebagai salah salah satu cabang dari pohon besar IMM tentu saja memiliki garis perjuangan dan kebijakan yang sama berkaitan dengan masalah peran wanita. Wanita menyimpan potensi yang besar untuk menjadi bagian dari upaya memperbaiki bangsa, paham keagamaan yang dianut oleh Muhammadiyah memberikan kesempatan untuk itu. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun kesadaran wanita bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat, sehingga mereka tidak melulu menjadi penderita dari pola patriarkhis berlebihan, namun mereka memiliki daya untuk berjuang mengubah keadaan. Gender awareness, itulah yang perlu ditumbuhkan dalam diri kaum hawa, dan terlebih pada mahasiswi sebagai generasi terdidik. Dalam hal inlah keberadaan bidang IMMawati di cabang AR. Fachruddin menemukan relevansinya.


Penguatan Gender awareness menghendaki adanya upaya edukasi bahkan advokasi bagi kader-kader IMMawati agar mereka lebih partisifaif dan tidak bersiap apatis terhadap masalah kaum perempuan. Namun demikian, perlu disadari bahwa penuntutan yang berlebihan terhadap kesetaraan gender tidak selalu berarah positif. Pandangan ekstrim seksis yang mengahadapi setiap wacana dengan paradigma pertentangan gender atau perjuangan gender hanya akan melahiran kecurigaan, dan kepicikan antar-gender yang berakhir kontra produktif seperti yang dialami oleh sebagain feminis ekstrim. 
Bagaimana pun kader-kader IMMawati adalah kader-kader muslimah yang kelak akan menjadi bagian dari masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sesuai cita-cita Muhammadiyah. Oleh karena itu, paradigma yang hendak dibangun dalam gender awareness adalah paradigma sinergitas perjuangan sang maskulin dengan feminim di dalam bingkai ajaran Islam. Dalam upaya mewujdkan paradigma tersebut, selain upaya  edukasi dan advokasi penyadaran gender (gender awareness), kader IMMawati AR. Fakhruddin juga harus memperkuat pemahaman keislaman mereka. Pola hubungan antara wanita dan pria yang telah diatur di dalam al-Qur’an dan Sunah Rasulullah terus digali demi menciptakan konsep hubungan antara gender yang sesuai dengan ajarah Islam. Dengan demikian program-program kebijakan yang disusun oleh bidang IMMawati diarahkan untuk mewujudkan  hal tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...